web widgets

Monday, 15 June 2015

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat, dan atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.

a. SLB bagian A untuk tunanetra.
b. SLB bagian B untuk tunarungu.
c. SLB bagian C untuk tunagrahita.
d. SLB bagian D untuk tunadaksa.
e. SLB bagian E untuk tunalaras.
f. SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan baik permanen maupun temporer yang disebabkan oleh:
a. Faktor Lingkungan 
b. Faktor dalam diri Anak Sendiri
c. Kombinasi Keduanya

Menjelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

1. Gangguan Penglihatan (Tunanetra) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:

a. Berdasarkan tingkat gangguannya
1) Buta total
2) Buta sebagian 
3) Low Vision (Kemampuan Penglihatan Rendah)

b. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir
2) Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
3) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja
4) Tunanetra pada usia dewasa
5) Tunanetra dalam usia lanjut

c. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1) Tunanetra ringan (defective vision/low vision)
2) Tunanetra setengah berat (partially sighted)
3) Tunanetra berat (totally blind) mereka

d. Berdasarkan pemeriksaan klinis
  • Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
  • Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan  antara 20/70 sampai denhan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
e. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
1) Myopi adalah penglihatan jarak dekat,
2) Hyperopia adalah penglihatan jarak jauh,
3) Astigmatisme adalah penyimpangan atau penglihatan kabur

Penyebab:
a. Prenetal (sejak dalam kandungan) terjadi karena faktor keturunan, malnutrisi, penyakit ibu, penyakit/luka di otak janin, gangguan lingkungan kehamilan.
b. Post netal (sejak/setelah kelahiran) terjadi karena faktor kekurangan oksigen pada sistem saraf pusat saat dilahirkan, kelahiran yang dihalangi, kelahiran yang dipaksa, penggunaan alat yang salah saat melahirkan, premaaturitas, malnutrisi, terserang suatu penyakit, kekurangan oksigen, kecelakaan.

2. Gangguan pendengaran (tunarungu) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:

a. Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengan bunyi 
  • Ketunarunguan ringan adalah kondisi seseorang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
  • Ketunarunguan sedang adalah kondisi seseorangmasih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan. Tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid)
  • Ketunarunguan berat sekali adalah kondisi seseorang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (supperpower).

b. Berdasarkan lokasi gangguannya menurut Easterbrooks (1997)
  • Conductive loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga
  • Sensorineural loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau saraf auditer
  • Central auditory processing disorder adalah gangguan pada sistem saraf pusat proses auditer
3. Gangguan mental rendah (tunagrahita) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:

a. Berdasarkan berat ringannya 
  • Debil (ringan) mempunyai IQ antara kisaran 50 sampai dengan 70, kondisi fisiknya tidak berbeda anak normal lainnya, termasuk kelompok mampu didik artinya bisa didik (diajarkan membaca, menulis dan berhitung) bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 4 SD umum.
  • Imbesil (sedang) mempunyai IQ antara kisaran 30 sampai dengan 50, termasuk kelompok mampu latih, tampang/kondisi fisiknya sudah dapat dilihat tetapi ada sebagian anak mempunyai fisik normal, biasa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD umum.
  • Idiot (berat) mempunyai IQ mereka rata-rata 30 kebawah, sangat rendah intelegensinya sehingga tidak mampu menerima pendidikan secara akademis, termasuk kelompok mampu rawat, dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
b. Berdasarkan sosial psikologis

1) Psikometrik ada 4 taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala intelegensi wechsler.
a) Retardasi mental ringan : seseorang yang memiliki IQ antara 55-69
b) Retardasi mental sedang : seseorang yang memiliki IQ antara 40-54
c) Retardasi mental berat : seseorang yang memiliki IQ antara 20-39
d) Retardasi mental sangat berat : seseorang yang memiliki IQ antara <20

c. Berdasarkan klinis tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
  • Down Syindrome (mongoloid) memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
  • Kretin (cebol) memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
  • Hydrocephalus memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
  • Microcephalus memiliki ukuran kepala yang kecil

Penyebab 
a. Prenetal (sebelum lahir) terjadi waktu bayi masih dalam kandungan penyebabnya seperti campek, diabetes, cacar, virus takso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan dan perokok berat.
b. Natal (waktu lahir) karena proses kelahiran yang terlalu lama sehingga kekurangan oksigen pada bayi, pinggul ibu terlalu kecil sehingga menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak, pada waktu proses melahirkan menggunakan alat bantu.

4. Gangguan motorik (tunadaksa) diklasifikasikan menjadi beberapa macam  yaitu:

a. Berdasarkan derajat kecacatannya
1) Ringan : dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas dan dapat menolong diri
2) Sedang : membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan, mengurus diri dan alat-alat khusus, seperti brace.
3) Berat : membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara dan menolong diri.

b. Berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi geraknya
1) Pastik : adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.
2) Dyskenesia yang meliputi:
A’hetosis adalah penderita yang memperlihatkan gerak tidak terkontrol
Rigid adalah kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan.
Tremor adalah getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan atau kepala.
3) Ataxia : gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi.
4) Jenis campuran : seorang anak mempunyai kelainan dua/ lebih dari tipe diatas


Menguraikan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

a. Karakteristik Anak Tunanetra

1. Segi Fisik
Secara fisik  anak-anak  tunanetra, nampak sekali adanya kelainan pada organ penglihatan/mata, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan balik dari stimuli visual.

2. Segi Motorik
Hilangnya   indera   penglihatan   sebenarnya   tidak   berpengaruh   secara langsung terhadap keadaan motorik anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya pengalaman visual menyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan orientasi lingkungan. 

3. Perilaku
Kondisi tunanetra tidak secara langsung menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku pada diri anak,meskipun demikian hal tersebut berpengaruh pada perilakunya. Anak     tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat berupa sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar.

4. Akademik
Secara umum kemampuan   akademik, anak-anak tunanetra sama seperti anak-anak  normal  pada  umumnya.  Keadaan  ketunanetraan  berpengaruh pada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. 

5. Pribadi dan Sosial
Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melalui pengamatan dan menirukan, maka anak   tunananetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang benar. Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap keterampilan sosial,  yang dari keadaan tersebut mengakibatkan tunanetra lebih terlihat memiliki sikap:
Curiga  yang  berlebihan  pada  orang  lain.
Mudah   tersinggung.  
Ketergantungan  pada  orang  lain. 

b. KarakteristikAnakTunarungu

1. Segi Fisik
  • Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.
  • Pernapasannya pendek, dan tidak teratur.
  • Cara melihatnya agak beringas.Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan.

2. Segi Bahasa
Miskin akan kosa kata
Sulit  mengartikan  kata-kata  yang  mengandung  ungkapan,  atau idiomatic
Tatabahasanya kurang teratur

3. Intelektual
Kemampuan   intelektualnya   normal. 
Perkembangan  akademiknya  lamban  akibat  keterbatasan  bahasa. 

4. Sosial-emosional
Sering merasa curiga dan syakwa sangka.
Sering bersikap agresif

c. Karakteristik Anak Tunadaksa

1. Gangguan Motorik
Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan- gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan.Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus.

2. Gangguan Sensorik
Pusat sensoris pada manusia terleak otak, mengingat anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy  disertai  gangguan  sensorik,  beberapa  gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak.Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.

3. Gangguan Tingkat Kecerdasan
Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak cerebral palsy bervariasi, tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mulai dari tingkat yang paling rendah sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakanga nmental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata. Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).
4. Kemampuan Berbicara
Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti  lidah,  bibir,  dan  rahang  bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas dan sulit diterima orang lain.

5. Emosi dan Penyesuaian Sosial
Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebral palsy, mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi anak sangat bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya. Secara umum tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak terkendali.

d. Karakteristik Anak Tunagrahita

1. Intelektual
Dalam pencapaian tingkat kecerdasan bagi tunagrahita selalu dibawah rata-rata dengan anak yang seusia sama, demikian juga perkembangan kecerdasan sangat terbatas. Mereka hanya mampu mencapai tingkat usiamental setingkat usia mental anak usia mental anak Sekolah Dasar atau bahkan pra Sekolah.

2. Segi  sosial.
Dalam kemampuan bidang social juga mengalami kelambatan kalau dibandingkan dengan anak normal sebaya. Hal ini ditunjukkan dengan pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri.

3. Ciri pada fungsi mental lainnya
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasi serta sukar membuat kreasi baru.

4. Ciri dorongan dan emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing. Anak yang berat dan sangat berat ketunagrahitaannya hamper tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri, dalam   keadaan haus dan lapar tidak menunjukkan tanda-tandanya, mendapat perangsang yang menyakitkan tidak mampu menjauhkan diri dari perangsang tersebut. Kehidupan emosinya lemah, dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah, dan benci. 

5. Ciri kemampuan dalam bahasa
Kemampuan bahasa sangat terbatas  perbendaraaan kata  terutama kata yang abstrak. Pada anak yang ketunagrahitaannnya semakin berat banyak yang   mengalami   gangguan   bicara   disebabkan   cacat   artikulasi   dan problem dalam pembentukan bunyi.

6. Ciri kemampuan dalam bidang akademis
Mereka sulit mencapai bidang akademis membaca dan kemampuan menghitung yang problematis, tetapi dapat dilatih dalam  menghitung yang bersifat perhitungan.

7. Ciri kepribadian
Kepribadian anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh Leahy, Balla, dan Zigler (Hallahan & Kauffman,1988:69) bahwa anak yang merasa retarded tidak   percaya   terhadap   kemampuannya,   tidak   mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak bergantung pada pihak luar (external locus of control).

8. Ciri kemampuan dalam organisme.
Kemampuan anak tunagrahita untuk mengorganisasi keadaan dirinya sangat jelek, terutama pada anak tunagrahita yang kategori berat. Hal ini ditunjukan dengan baru dapat berjalan dan berbicara pada usia dewasa, sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, bau yang tidak enak, serta makanan yang tidak enak.

Sedang karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan  dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.   Mampudidik
Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan untuk mengelompokkan tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitas inteligensi antara 50 – 70 pada skala Binet maupun Weschler. 

2.   Mampulatih
Tunagrahita mampulatih secara fisik sering memiliki atau disertai dengan kelinan fisik baik sensori mapupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan dengan tipe klinik masuk pada kelompok mampu latih sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampu latih memiliki kapasitas inteligensi (IQ) berkisarantara30-50.

3.   Perlu rawat
Anak perlu rawat adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika pada istilah kedokteran disebut dengan idiot.

e. Karakteristik Anak Tunalaras

Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:

1.   Karakteristik umum
Mengalami gangguan perilaku
Mengalami kecemasan
urang dewasa
Agresif

2.   Sosial /emosi
Sering melanggar norma masyarakat
Sering mengganggu dan bersifat agresif
Secara  emosional  sering  merasa  rendah  diri  dan  mengalami kecemasan

3. Karakteristik akademik
•  Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata
•  Seringkali tidak naik kelas
•  Sering membolos sekolah
•  Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas.


f. Karaktersitik Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual diatas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual  ini  Cony  Semiawan  (1997:24)  mengemukakan,  bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly gifted), sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137 yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately gifted. Mereka semua memiliki talenta ademik (academic talented) atau keberbakatan intelektual.

1.   Karakteristik Intelektual
•  Proses belajarnya sangat cepat
•  Tekun dan rasa ingin tahu yang besar
•  Rajin membaca
•  Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus
•  Memiliki pemahaman yang sangat majau terhadap suatu konsep
•  Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalamsuatu bidang akademik

2.   Karakteristik Sosial-emosional
  • Mudah diterima teman-teman sebaya dan orang dewasa
  • Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
  • Kecenderungan sebagai pemisah dalamsuatu pertengkaran
  • Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang,dan jujur
  • Perilakunya tidak defensif, dan memiliki tenggang rasa
  • Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi orang lain.
  • Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah sosial.
3.   Karakteristik Fisik-kesehatan
•  Berpenampilan rapi dan menarik
•  Kesehatannya berada lebihbaik di atas rata-rata


g. Karaktersitik Anak Berkesulitan Belajar
Secara  umum     berkesulitan  belajar   spesifik   adalah   anak   yang mengalami gangguan pada satu atau lebih dari proses  psikologi dasar termasuk pemahaman dalam menggunakan bahasa lisan atau tertulis yang dimanifestasikan dalam ketidak sempurnaan mendengar, berfikir, wicara, membaca, mengeja atau mengerjakan hitungan matematika. Dimensinya mencakup:
•  Disfungsi pada susunan syaraf pusat (otak),
•  Kesenjangan (discrepancy) antara potensi dan prestasi
•  Keterbatasan proses psikologis
•  Kesulitan pada tugas akademik dan belajar
Kesenjangan antara potensi dan prestasi dalam berprestasi untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Untuk memahami anak berkesulitan belajar spesifik memang harus mengenal karakteristik atau ciri-ciri khusus yang muncul pada anak-anak berkesulitan belajar, yang umumnya baru terdeteksi setelah anak usia 8 – 9 tahun atau kelas 3 – 4 SD, adapun karakteristik yang dapat diamati adalah adanya kesenjangan (discrepancy) antara potensi anak dengan prestasi (akademik) dan perkembangan yang dicapai, kesenjangan ini minimal 2 level akademik atau 2 tahun perkembangan. Memiliki kesulitan pada satu bidang akademik/perkembangan yang tertinggal dibandingkan dengan bidang akademik/perkembangan lain yang dimiliki anak (perbedaan intra individual).


Menjelaskan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah,2007;82), pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, social emosional, linguistic atau kondisi lainnya.

Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai terkenal semenjak tahun 1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994.

Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus. 

Sementara itu Sapon-Shevin (ONeil,1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995) hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak tidak normal (berkebutuhan khusus) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas sosial.

1. Tujuan Pendidikan Inklusi
Tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan Bronson (Lay Kekeh Marthan, 2007:189-190), terbagi menjadi 3 yakni bagi anak berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, bagi guru, dan bagi masyarakat, lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

a. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
  • Anak akan merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya.
  • Anak akan  memperoleh  bermacam-macam  sumber  untuk  belajar  dan bertumbuh.
  • Meningkatkan harga diri anak.
  • Anak memperoleh kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman yang sebaya.
b. Bagi Pihak Sekolah
  • memperoleh pengalaman untuk mengelola berbagai perbedaan dalam satu kelas.
  • mengembangkan apresiasi bahwa setiap orang memiliki  keunikan dan kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.
  • Meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan oranglain dan rasa empati pada keterbatasan anak.
  • Meningkatkan kemempuan untuk menolong dan mengajar semua anak dalam kelas
c. Bagi Guru
  • Membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap anak dan mengakui bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki kemampuan
  • Menciptakan kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
  • Guru akan merasa tertantang untuk menciptakan metode-metode baru dalam pembelajaran dan mengembangkan kerjasama dalam memecahkan masalah.
  • Meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
d. Bagi Masyarakat
  • Meningkatkan kesetaraan social dan kedamaian dalam masyarakat.
  • Mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap anggota masyarakat tentang proses demokrasi. 
  • Membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar anggota masyarakat.
2. Karekteristik Pendidikan Inklusi
Karakteristik dalam pendidikan inklusi tergabung dalam beberapa hal seperti hubungan, kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Hubungan
Ramah dan hangat.

b. Kemampuan
Guru, peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda serta orang tua sebagai pendamping.

c. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat dudukyang bervariasi

d. Materi belajar
Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran

e. Sumber
Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak

3. Kurikulum Sekolah Inklusi
Kurikulum yang digunakan disekolah inklusi adalah kurikulum anak normal (regular) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Lebih lanjut, menurut Direktorat PLB (Tarmansyah,2007:168)  modifikasi dapat dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi, modifikasi proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi lingkungan untuk belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan kurikulum akan memberikan peluang terhadap tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikanpotensinyasesuaidenganbakat, kemampuannya dan perbedaan yang ada pada setiap anak.

4. Tenaga Kependidikan Dalam Layanan ABK
Personil pendidikan ABK tidak jauh berbeda dengan personil pendidikan umum lainnya. Personil yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Guru
Guru yang bertugas pada pendidikan ABK harus memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dipersyaratkan. 
b. Tenaga Ahli
Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan keberadaannya untuk ikut membantu pemecahan permasalahan anak dalam bidang nonakademik.
c. Tenaga Administrasi 
Untuk kelancaran proses belajar-mengajar perlu dukungan tenaga administrasi sekolah sebagai tenaga non akademik keberadaannya sangat diperlukan untuk kelancaran tugas-tugas sekolah secara umum.

No comments:

Post a Comment